Rabu, 04 November 2009

[fanfic] My Losing Love [4]

Posted by vinna 유라 at 01.39
Hari ini, tepat enam bulan kami berpacaran. Sudah banyak kenangan manis yang kami ukir bersama. Bercanda tawa, bertukar pikiran, hingga meluapakan kesedihan kami masing-masing. Yang hanya dapat kuharapkan saat ini, dia memang benar-benar akan selalu di sisiku untuk selamanya. Saat ini aku sedang menunggu dirinya yang tak kunjung datang juga. Kami janji untuk bertemu di stasiun ini sebelum pergi kencan ke taman bermain.
"Yunri," nafasnya begitu tersenggal-senggal saat memanggil namaku.
"Maafkan aku. Tiba-tiba handphone ku tersiram air dan tidak dapat dinyalakan."
Aku mencoba menenangkan dirinya yang begitu panik.
"Benarkah? Bagaimana kalau kita memperbaiki handphone mu sekarang? Kencan ini dapat kita tunda besok."
"Tidak apa-apa. Memang sudah waktunya untuk handphone yang baru. Ayo, kamu pasti sudah tidak sabar untuk segera membeli permen kapas."
senyumnya membuat hatiku lega. Seolah-olah tidak terjadi apapun sebelumnya. Akupun kembali melempar senyumnya.
Roller coaster, boom boom car, kursi layang, biang lala, hingga rumah hantu sudah kami coba berdua hari ini. Walau sebenarnya aku takut, tapi saat di sampingnya, rasa takutku berubah menjadi sebuah keberanian yang besar untuk mencoba hal baru. Salah satu hal yang membuatku selalu nyaman bersama dirinya. Sore harinya, kami berjalan di sebuah mall sambil melihat-lihat handphone baru untuk Key. Tak lupa kami mengunjungi toko buku dan toko pakaian. Sungguh hari yang sangat menyenangkan untukku. Kami makan di sebuah restoran sebelum Key mengantarkanku pulang. Hingga tiba saatnya kami harus berpisah hari itu.
"Yunri, apakah kau senang hari ini?"
"Tentu saja senang, apa kamu tidak senang hari ini?"
"Tidak mungkin jika aku berkata tidak," lantas kami tersenyum bersama. Saat aku hendak memutar tubuhku dan berjalan pulang, tiba-tiba ia menarik tanganku dengan kuat. Dia menatapku dengan serius. Matanya kembali menjadi sayu seakan menahan kesedihan yang begitu mendalam. Seperti keajaiban. Dalam sekejap warna dunia seperti berubah sepenuhnya. Dia mencium bibirku. Tubuhku seakan kaku dan tak dat digerakkan. Key sudah menggunakan sihir. Air mataku tiba-tiba jatuh mengalir saat ia melepas kecupannya. Aku pun dapat merasakan tangannya yang langsung mengusap air mataku.
"Yunri, maafkan aku, aku akan selalu mencintaimu dan kau akan selalu ada di hatiku sampai kapanpun. Namun saat ini aku harus pergi meninggalkanmu. Rasanya bukan diriku yang pantas berada di sampingmu saat ini. Maafkan aku, i will always loves you."
Kalimat-kalimat terakhir yang diucapkannya. Mengiang-ngiang begitu keras di kepalaku sehingga terasa ingin pecah. Air mata yang sudah tidak dapat kubendung lagi melepas kepergiannya. Mengapa? Mengapa ia harus pergi secepat ini? Mengapa ia mengatakan itu? Aku sama sekali tidak merasa bahwa ia melakukan sebuah kesalahan pada diriku. Tidak, aku tidak dapat menghentikan tangisanku. Hingga tanpa ku sadari ada seseorang yang berbaik hati dan memberikan pelukannya sebagai tempat meluapkan kesedihanku. Dia bukan Key, satu hala yang dapat kupastikan saat ini. Cukup lama air mataku mengalir deras. Sampai air mataku terasa habis dan nafasku yang semakin terisak, ia masih setia memelukku. Hingga ia mengatarkanku sampai di depan pintu rumah.
“Cepatlah masuk dan istirahat. Jangan menangis lagi,” saat itu aku baru mengangkat kepalaku dan menatap wajahnya.
“Kak Onew? Maaf telah merepotkanmu. Terima kasih telah mengantarkanku sampai di sini,” aku pun segera menghapus air mata yang mulai mongering di pipi ku.
“Tak perlu merasa sungkan. Aku akan selalu ada setiap saat kapanpun kamu membutuhkan pertolongan.”
“Terima kasih,” aku segera masuk ke dalam rumah dan beristirahat di kamar. Terlalu berat untukku jika harus masih membuka kedua mataku saat ini. Aku sudah tidak sanngup lagi menerima kenyataan yang ada.


Jam. Hal pertama yang aku lihat saat pertama kali membuka mataku. Waktu menunjukkan pukul 08.15. tapi mengapa kamarku berbeda saat ini? Tepat di sebelah kanan ku terdapat sebuah jendela yang cukup besar. Sehingga aku dapat melihat rimbunan pohon yang masih dibasahi tangisan langit. Tidak kusangka kak Onew sedang duduk dan tertidur di samping kiriku. Ingin aku membelai rambutnya, namun aku baru tersadara jika sebuah jarum infuse sedang menancap di tangan kiriku. Perih, seperih hatiku saat ini. Namun bukan karena perasaanku yang terluka ini sehingga aku harus diopnmae bukan. Kesehatanku tiba-tiba kembali memburuk saat ia meninggalkanku. Nyeri yang luar biasa menyerang perutku hingga aku terjatuh pingsan saat menjalani ekgiatan sekolah. Tapi aku tidak tahu jika merekan akan membawaku ke rumah sakit. Satu hal yang menandakan bahwa penyakitku tidak main-main lagi.
Tiba-tiba terdengar suara pintu yang sedang terbuka. Munkin seorang perawat atau dokter yang hendak memriksaku. Namun dugaanku ternyata salah, kak Taemin yang baru saja masuk.
“Yunri, apakah kau sudah bangun?” tanyanya pada ku
“Psst….,” aku tak ingin suaranya akan membangunkan kak Onew yang sedang terlelap. Tapi nyatanya aku sudah terlambat. Dia telah terbangun dari tidurnya.
“Ah, Yunri, maafkan aku. Aku tidak sengaja tertidur. Aku sudah sangat mengantuk semalam.”
“Ah, tidak apa-apa,” tampaknya ia terus terjaga sepanjam malam tadi. Aku dapat melihat raut wajahnya yang begitu kelelahan, membuatku tak tega untuk tetap membiarkannya.
“Kak Taemin, apakah kak Minho juga ada di sini?”
“Ah, dia masih membereskan kelengkapan administrasi di bawah. Hyun Ae sedang di rumah dan segera menuju ke sini untuk membawa keperluan-keperluanmu.”
“Kak, apakah penyakitku begitu parah?”
Hatiku begitu cemas, takut jika sesuatu yang buruk akan kembali terjadi pada ku.
“Tidak,” kak Onew menjawab pertanyaan ku, “Dokter bilang jika kamu menderita usus buntu. Jika tidak segera dioperasi akan berakibat fatal untuk tubuhmu.”
“Ya, dan kamu baru saja menjalani operasi itu,” sahut kak Taemin sambil mengupas kulit pisang yang diambilnya di meja dekat tempatnya berada.
“Operasi? Separah itu kaha? Kenapa aku sama sekali tidak menyadarinya selama ini?” aku begitu terkejut saat mengetahui diriku telah menjalani operasi.
“Ya, dokter bilang penyakitmu memang jarang kambuh karena sudah sejak kamu mengidapnya.”
Apa yang dikatakan kan Taemin memang benar. Sudah lama penyakit ini bersarang di tubuhku. Tapi aku tak pernah membayangkan jika akan akan begini jadinya.
“Setidaknya tiga hari lagi kamu sudah bias keluar dari rumah sakit,” sekejap ucapan kak Onew membuatku hatiku lega untuk sementara waktu.
“Bagaimana dengan pekerjaan kalian? Apakah aku tidak mengganggu pekerjaan kalian?”
“Jangan pikirkan hal itu,” ucap Taemin sembari membuang kulit pisangnya ke tong sampah.
”Yunri,” aku pun menoleh pada kak Onew yang hendak berbicara denganku. “Kami sudah meminta izin pada produser untuk mengurang kegiatan panggung kami agar kami dapat selalu berjaga-jaga jika terjadi sesuatu padamu,” ia pun menggenggam tangan ku dengan erat.
“Key…..” sebuah kata yang tiba-tiba meluncur dari lidahku. Walaupun berat, tapi aku tidak dapat menahan perasaanku lagi. Kudapati raut wajah mereka berdua yang seketika berubah menjadi mendung, sama dengan awan di luar sana. Taemin bersikap seolah-olah tidak ingin mendengar hal ini. Ia langsung memalingkan wajahnya ke hadapan jendela. Aku berusaha menatap kedua mata Onew dengan serius, berharap ia segera memberitahuku tentang hal ini, namu ia juga memalingkan wajahnya dari hadapanku.
“Aku tidak mengetahui keberadaannya sekarang. Tiba-tiba ia terasa menjauh dari kami berempat, sehingga tak satupun dari kami yang mengerti isi hatinya,” hanya itu yang diceritakannya padaku. Dan tak lama kemudian, kak Minho datang bersama kak Jonghyun.


to be continued….

0 comments on "[fanfic] My Losing Love [4]"

Posting Komentar

 

pinna♥world Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez