Rabu, 04 November 2009

[fanfic] My Losing Love [6]

Posted by vinna 유라 at 01.43
NB : Mulai chapter ini, yang bercerita Yunri lagii :D


Sudah selang tiga hari yang lalu sejak aku diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Hari ini kak Onew mengajakku untuk sekedar berjalan-jalan di luar. Walaupun udara di luar sangat dingin dan salju menusuk seluruh permukaan kulit di sekujur tubuh, tapi itu tak menghalangi keinginanku untuk menghirup udara segar setelah lebih dari satu minggu aku terkurung dan terkekang di dalam sebuah kamar.
"Yunri, kau ingin pergi ke mana hari ini?" tanyanya sebelum kami beranjak pergi dari rumahku.
"Ke mana saja yang kakak inginkan."
Akhirnya kak Onew mengajakku ke pusat kota. Kami berjalan bersama. Selama ini, Onew lah yang selalu mendampingiku. Dirinya yang begitu baik hati membuat perasaanku sedikit tenang saat bersamanya. Sifatnya yang ceria selalu berusaha untuk menghiburku di kala sedih. Kurasakan auranya yang menginginkan diriku. Dan kucoba untuk menerimanya sambil melupakan Key. Di musim dingin ini, dia terus menggenggam tanganku selama perjalanan. Seolah dia tidak ingin pernah melepaskanku sedetik pun. Mungkin dia dapat penjadi pangeran yang dapat menjaga ku kelak kemudian hari. Dia seperti sebuah pelangi di antara salju yang begitu dingin ini.
Di sini begitu ramai dan padat. Dipenuhi dengan pejalan kaki yang tak hentinya berlalu lalang di kedua sisi jalan. Jalan raya tidak begitu banyak dilalui kendaraan, entah alasannya mengapa hal itu terjadi karena tidak seperti biasanya. Kami berjalan di salah satu sisi jalan, sambil melihat-lihat bermacam-macam pakaian hingga alat elektronik yang diletakkan di etalase.
"Yunri, kurasa tas ini cocok untukmu," ucapnya sambil menunjuk sebuah tas berwarna biru muda yang sangat lucu menurutku.
"Apa harganya tidak mahal?"
"Hmm... Sebaiknya kutanyakan dulu harganya ke dalam."
"Eh, kakak, aku menunggu di luar saja ya?"
"Mengapa?"
"Aku ingin menikmati suasana sebentar."
"Baiklah jika kamu yang memintanya."
Aku sengaja tidak ikut masuk ke dalam toko itu. Entah ada sesuatu yang memanggilku untuk tetap bertahan di sisi jalan ini. Kuamati orang-orang yang sedang berlalu lalang. Begitu ramai. Hingga kulihat sebagian kecil dari orang-orang itu yang hendak menyebrangi jalan sambil menunggu lampu lalu lintas untuk pejalan kaki menyala hijau. Setelah beberapa saat kemudian, tibalah saat mereka untuk menyeberangi jalan. Tidak begitu banyak yang berjalan menuju sisi lain jalan raya. Hingga detik-detik terakhir lampu hijau itu menyala, masih ada seorang laki-laki dan perempuan yang sedang menyebrang. Tidak, tiba-tiba sebuah truk melintas dengan sangat cepat dan tidak sadar akan keberadaan mereka berdua. Truk itu bagaikan kilat, tak ada seorang pun yang menyadarinya. Aku dapat menyaksikan dengan jelas darah kedua orang itu yang bercipratan di jalan raya. Sangat mengerikan, kepala ku tiba-tiba tercengkeram oleh sesuatu yang sangat keras, membuatku hampir tak sanggup bernapas, dan kedua kakiku tidak kuat untuk menopang tubuh ini. Aku tidak dapat sadarkan diri...

--------

"Yunri, apa kau sudah sadar?"
Baru saja aku membuka kedua mataku. Terasa begitu berat untuk membukanya. Kudapati ruangan tempat ku berada yang kembali berubah. Kamar? Ya, kamarku, tapi mengapa suasananya berbeda?
"Siapa namamu?" Kulihat seorang laki-laki yang sedang berada di sampingku.
"Ini aku, Onew. Apakah kau tidak ingat denganku?"
"Tidak. Aku tidak mengenalimu. Hyun Ae?"
Tiba-tiba Hyun Ae masuk ke dalam kamarku sambil membawa dua gelas air putih.
"Nona, apakah nona baik-baik saja?"
"Iya, apa yang terjadi pada ku?"
"Nona tiba-tiba jatuh pingsan saat bersama Onew. Dia segera mengantarkanmu kembali pulang."
Tiba-tiba aku melihat darah bercipratan yang menghantui pikiranku. Aku kembali tersadar kalau aku bukan anak-anak lagi. Tiba-tiba aku ingat jika baru saja pergi dengan kak Onew. Tak hanya itu, semua kenangan masa kecilku delapan tahun lalu juga terlihat dengan jelas. Ingatan tentang masa itu yang selama ini kosong kembali menghantuiku. Ingatanku kembali.
"Tidak, Hyun Ae, akulah yang menyebabkan ayah dan ibu meninggal bukan?!" air mataku jatuh begitu saja dengan sangat keras. Aku tidak sanggup menghadapi semua ini. Aku tidak pernah tahu jika diriku mengidap amnesia. Kenapa aku harus tersadar?
"Nona, tenanglah. Jangan menangis lagi. Itu semua adalah masa lalu," kulihat ia yang sedang berusaha untuk menenangkan diriku yang begitu panik.
"Yunri, tenangkan dirimu," kak Onew memberikan segelas air dan membantuku untuk meminumnya. Sedikit aku merasa tenang. Walau kecemasan itu masih menggelayuti perasaanku. Mataku kembali berat, hingga kuputuskan segera beristirahat dan melepaskan ketakutan itu sejenak.

----------

Delapan tahun silam...

Besok adalah hari ulang tahun Kibum. Aku akan membelikan sebuah tas untuknya bersama ayah dan ibu. Mereka sudah menyetujui keinginanku untuk membeli sebuah kado untuk Kibum.
"Ibu, tas ini bagus sekali. Kurasa ini cocok untuk Kibum."
"Iya," jawab ibu dengan sabar sambil menemaniku.
"Yunri, tunggulah di sini sambil melihat-lihat tas baru untuk sekolahmu. Ayah dan ibu akan mampir di toko seberang jalan itu."
"Baiklah, bu."
Sambil menunggu mereka berdua kembali datang, aku mencoba mengelilingi semua bagian toko ini sambil menentukan pilihanku. Hingga akhirnya aku menetukan sebuah tas berwarna biru untuk Kibum dan merah muda untuk ku. Sudah bosan melihat-lihat tas, aku memutuskan untuk menunggu mereka sambil menatap keramaian jalan di luar, berharap agar aku dapat segera menemukan mereka berdua yang sedang menuju ke sini. Lima menit, sepuluh menit, hingga akhirnya aku menemukan ayah dan ibu yang sedang menunggu lampu lalu lintas itu menyala hijau untuk pejalan kaki. Hingga saat lampu hijau menyala, mereka segera menyeberang. Tidak banyak orang saat itu. Tapi sebuah keanehan sedang kurasakan. Dengan sangat cepat, tiba-tiba sebuah truk yang cukup besar melaju dengan kecepatan tinggi dan menabrak mereka berdua. Saat itu juga aku menangis dengan keras. Aku segera keluar dari toko itu dan berusaha masuk di antara kerumunan orang yang hendak menonton mereka berdua. Hei! Sadarlah, mereka berdua bukan tontonan! Kalian tidak tahu betapa sedihnya diriku? Sampai aku berhasil keluar dari kerumunan orang-orang itu. Tidak, darah mereka bercipratan di jalan. Aku tidak kuasa untuk menyaksikannya, ketakutanku semakin menjadi-jadi. Aku tidak ingin kehilangan diri mereka. Saat itu juga aku tidak kuat menahan ini semua dan tiba-tibu duniaku berubah menjadi hitam....

*********

Saat terbangun, aku tersadar jika baru saja memimpikan kejadian delapan tahun yang lalu. Di mana kehidupanku benar-benar berbalik tiga ratus enam puluh derajat. Rasa lelahku cukup berkurang setelah tidur.
"Yunri, kau sudah bangun?"
"Key! Kau kembali?!" aku langsung memeluk dirinya yang sedang berada di sampingku. Tiba-tiba ia datang kembali padaku. Air mata ini tidak dapat kutahan lagi saat memeluknya.
"Yunri, tenanglah," ia melepas pelukanku dan menyandarkan diriku di bantal supaya aku lebih tenang. Tangannya masih menggenggam tanganku.
"Yunri, maafkan aku. Ingatanmu tentang delapan tahun yang lalu kembali lagi bukan?"
Kurasakan salah satu tangan lainnya yang mengusap air di pipiku.
"Kau tahu, aku meninggalkanmu beberapa waktu yang lalu karena aku tidak ingin kamu merasakan sakit seperti ini lagi karena kehilangan orangtuamu. Karena aku menyayangimu. Setelah kecelakaan orang tua mu, kau langsung pingsan. Di saat kau masih tidak tersadar, air mata terus mengalir di pipimu, hingga saat terbangun kau kehilangan semua ingatanmu. Aku tidak tega jika kamu harus kehilangan orang tuamu yang juga krena diriku."
"Tapi...," kata-kataku seolah habis. Aku tidak dapat mengatakan apapun lagi. Air mataku semakin berat dan kupeluk dirinya dengan erat untuk menenangkanku.
"Yunri, maafkan aku. Seandainya hari itu kau tak perlu pergi bersama ayah dan ibumu, pasti...," ia memelukku lebih erat lagi saat ini. Aku dapat merasakan sebuah ketenangan yang berbeda saat berada di sisinya.
"Aku telah menunggu dirimu selama delapan tahun saat kamu mengidap amnesia. Sudah kucoba untuk melupakan bayang-bayang dirimu. Tapi itu semua sia-sia. Tapi saat denganmu lah aku bisa merasa nyaman."
Aku begitu terkejut dengan ucapannya barusan. Aku tidak menyangka jika ia telah menungguku selama. Kini aku sudah mendapat jawaban mengapa selama ini dia bersifat dingin dan tiba-tiba meninggalkanku begitu saja.
"Kibum.."
"Ya?"
"Jangan pergi, kumohon. Tetaplah di sampingku."
"Baiklah."
"Janji? Kau tidak akan pergi?"
"Aku berjanji untukmu," masih menggenggam tanganku, ia memberikan sebuah kecupan di dahiku. Bagaikan obat penenang yang dapat membuatku kecanduan.
"Bagaimana kau bisa datang ke sini?"
Ketenangan yang sudah lama kunantikan setelah sejak lama perasaan takut dan khawatir menggelayuti pikiranku.
"Onew-hyung lah yang memberitahu,"t angannya masih bermain-main membelai wajahku.
"Di mana ia sekarang?"
"Di ruang tamu bersama kakakmu, Jonghyun, dan Hyun Ae."
Kak Onew. Dialah yang selalu mengkhawatirkanku selama Key tidak di sisiku. Aku tidak ingin untuk menyakitinya, tapi sudah kutetapkan hatiku untuk Key. Namun kucoba untuk tidak mengkhawatirkan dia saat ini dulu, karena aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk bersama Key saat ini.

to be continued...

0 comments on "[fanfic] My Losing Love [6]"

Posting Komentar

 

pinna♥world Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez